PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN TAWASSUL
Tawassul atau wasilah adalah dua kata yang
secara bahasa memiliki arti yang sama. Kata tawassul diambil dari kata; توسل – يتوسل –
توسلا Apabila seseorang melakukan suatu amal
untuk mendekatkan dirinya dengan amal tersebut kepada siapa yang dimaksud.
Sedang kata wasilah diambil dari kata:وسل –
يسل – وسلا Apabila seseorang melakukan upaya pendekatan
karena suatu keinginan.
Tawassul
menurut kamus Arab Indonesia, berasal dari kata wasala artinya berbuat kebaikan
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tawasul maknanya mengambil wasilah atau
perantara. Adapun yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah mencari jalan
atau cara yang mendekatkan diri kepada Allah. Caranya dengan melipat
gandakan amal ibadah dan berjihad di jalan Allah untuk keberuntungannya di
dunia dan akhirat kelak. Dengan bertawasul sebagaimana QS Al Maidah 35, QS Al
Isra 57, berarti ia telah memenuhi perintah Allah.
Pada
era modern ini tawassul sering dikaitkan dengan syirik yang bermakna
menyekutukan Allah. Ibn Taimiyah (1263-1328) dalam kitab karangannya
"Al Mujizatu wa Karamtul Auliya" ( Mujizat Nabi dan Karamah Wali),
menjelaskan pembahasan yang singkat tentang mukjizat dan keramat. Sesungguhnya
tidak ada hubungan timbal balik antara kewalian dengan khawariqatul adat
(hal-hal yang luar biasa). Jadi, tidak setiap wali itu menunjukkan
hal-hal yang aneh. Sebaliknya, tidak pula hal yang luar biasa yang terjadi pada
seseorang membuatnya otomatis menjadi wali Adapun doa termasuk ibadah. Menurut
Ibnu Taymiyyah, barang siapa berdoa kepada mahluk yang sudah mati dan
mahluk-mahluk lain yang gaib serta meminta pertolongannya, berarti ia telah
bid'ah dalam perkara agama. Mempersekutukan Tuhan seluruh alam, dan mengikuti
jalan selain orang-orang mukmin.
Hanya saja masalah sekarang yang timbul adalah
masalah mendekatkan diri kepada Allah melalui para wali yang saleh. Ibn
Taymiyyah merupakan salah seorang tokoh fundamental dan merupakan
pendahulu gerakan Wahabiyyah. Nama gerakan Wahabiyyah sesuai dengan gerakan
pendirinya Muhammad Ibn Abdul Wahhab (1703 - 1787) 5). Kalangan Wahhabi
memandang sejumlah amalan generasi setelahnya generasi sahabat sebagai bid'ah
(menyimpang) termasuk diantaranya, membangun menara dan pemberian tanda
permanen di atas makam. Paham Wahhabi juga menolak seluruh ajaran essoteris
(bathiniyah) atau ajaran mistisisme dan menolak gagasan orang suci (wali),
termasuk juga praktek mengunjungi makamnya. Praktek memanggil wali untuk
mendapatkan berkah adalah praktek syirik. Mereka menolak seluruh anggapan
kesucian (kekeramatan) barang atau tempat tertentu sebagai tindakan yang
mengurangi kesucian Tuhan dan menyalahi ajaran tauhid.
Allah berfirman: artinya: “Hai orang-orang
beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri
kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan”. Q.S. Al Maidah: 35.
B.
DASAR HUKUM
Adapun secara naqliyah dalil-dalilnya,
termaktub di dalam ayat-ayat al-Qur‘an al-Karim:
Pertama: Surat al-Ma'idah ayat 35;
―”Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepadaNya". (QS.al-Ma‘dah: 5/35)
Kedua: Surat at-Taubah ayat 119 .TAWASUL -
Mencari Allah dan Rasul Lewat Jalan
Guru
―”Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu
bersama-sama orang-orang yang Shiddiq”. (QS.at-Taubah: 9/119)
Ketiga: Surat al-Baqoroh ayat 43;
―”Dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah bersama sama orang-orang yang
ruku”. (QS.al-Baqoroh: 2/43)
Ketiga ayat di atas menunjukkan bahwa Tawasul
adalah perintah Allah bagi orang yang
percaya (beriman), supaya ibadah yang sedang mereka jalankan dapat dilakukan
dengan khusyu. Orang yang ibadah tersebut dapat lebih terfasilitasi untuk
wushul kepada-Nya, do‘a-do‘a yang mereka panjatkan lebih mendekati kepada
terbukanya pintu ijabah. Bagi mereka yang tidak percaya, lebih-lebih yang
menolak, maka tawasul itu tidak akan membawa kemanfaatan apa-apa baginya.
Meskipun tawasul merupakan perintah Allah, akan
tetapi keadaannya bisa menjadi lain ketika makna tawasul itu dianggap oleh
orang yang tidak memahami rahasia bertawasul sebagai pemberian penghormatan
kepada orang lain. Dengan pandangan seperti itu menjadi maklum ketika kemudian
kebanyakan nafsu manusia menolak melakukannya, bahkan mereka menuduh orang yang
bertawasul itu telah mengkultus individukan orang yang ditawasuli. Terlebih
bagi orang yang memang sebelumnya telah mempunyai benih penyakit kepada orang
yang harus ditawasuli tersebut. Barangkali seperti itulah keadaan orang yang
menolak melaksanakan tawasul kepada orang lain.
Sesungguhnya bagi orang yang di dalam hatinya
ada penyakit hasut kepada orang lain, sebelum penyakit itu terlebih dahulu
mampu dihilangkan, jangankan pelaksanaan tawasul, alQur‘an sekalipun, yang di
dalamnya ada obat penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, bagi orang yang
hatinya hasut tersebut, sedikitpun al-Qur‘an itu tidak dapat membawa
kemanfaatan, bahkan hanya akan menambah kerugian bagi mereka. Allah I telah menegaskan hal tersebut dengan
firman-Nya:
―”Dan Kami
turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan alQur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim
selain kerugian. - Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya
berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia
ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. - Katakanlah: "Tiap-tiap orang
berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui
siapa yang lebih benar jalannya”. (QS.alIsra‘; 17/82-83)
Hal itu disebabkan, karena rahmat dan obat yang
ada dalam alQur‘an tersebut terlebih dahulu telah ditolak oleh hatinya sendiri.
Kesembuhan yang didatangkan untuk jiwanya tidak sampai karena jalan kesembuhan
itu telah tersumbat oleh kesombongan hatinya sendiri. Itulah orang yang
menzalimi dirinya sendiri. Mereka selalu terlewatkan dari kesempatan
mendapatkan keutamaan yang didatangkan Allah untuk dirinya sendiri akibat sikap
dan peri laku yang mereka perbuat sendiri sehingga hidup mereka menjadi merugi.
C. JENIS JENIS TAWASUL
Tawasul
Syar'i
Hanya tawasul jenis ini yang diperbolehkan karena tidak mengandung
kesyirikan dan dicontohkan oleh Rasullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan para
sahabatnya radhiyallahu 'anhum. Tawasul dalam kategori ini ada 3 bentuk
1.
Tawasul dengan Zat Allah nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Hal
ini berdasarkan firman Allah ta'ala
وَلِلَّـهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Hanya
milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan" [QS. Al A'raf : 180]
Nabi
Muhammad juga berdo'a : “… Aku memohon dengan setiap nama-Mu, yang Engkau
memberi nama diri-Mu dengannya, atau yang Engkau ajarkan kepada salah satu
makhluk-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau sembunyikan dalam
ilmu ghaib di sisi-Mu…” [HR Ahmad, disohihkan Al-Albani]
2.
Tawasul dengan amal-amal sholih yang pernah dilakukan.
Terdapat
kisah dalam hadis sohih tentang tiga orang yang terjebak dalam gua tidak bisa
keluar karena mulut gua tertutup oleh batu sehingga masing masing mereka berdoa
kepada Allah dengan bertawasul dengan amalan sholih yang pernah mereka kerjakan
hingga Allah keluarkan mereka dari gua tersebut.
Hal
ini juga dicontohkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihi salam :
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِن مَّقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
"Dan
(ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi
manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat
shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang
ruku' dan yang sujud". [QS. Al Baqarah : 125].
3.
Bertawasul dengan doa orang sholih yang masih hidup.
Hal
ini pernah dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu tatkala
terjadi paceklik di kota Madinah beliau meminta doa paman Nabi Al Abbas bin
Abdul Mutholib bukan dengan Nabi dikarenakan beliau telah wafat. Begitu juga
yang dilakukan Ukasyah ketika meminta Nabi Muhammad agar mendoakannya termasuk
dari golongan yang masuk surga tanpa dihisab.
Allah
juga mengisahkan kisah saudara-saudara yusuf dalam Al Qur'an :
قَالُوا يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ ﴿٩٧﴾ قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي ۖ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Mereka
berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa
kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". (97)
Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [QS. Yusuf :
97-98]
Tawasul
Bid'ah
Tawasul jenis ini termasuk katagori tawasul yang diharamkan, bahkan
dapat menjerumuskan pelakunya kedalam kesyirikan. Tawasul jenis ini adalah
tawasul yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi maupun para Sahabat seperti
bertawasul dengan kedudukan Nabi Muhammad atau para wali, contohnya ketika
seseorang berkata : "Ya Allah demi kedudukan Nabi-Mu, demi kedudukan wali
fulan….",
hal
ini terlarang karena dua alasan :
Pertama : Dia telah bersumpah dengan selain Allah, sedangkan bersumpah
dengan selain Allah adalah haram dan termasuk syirik kecil.
Kedua : Orang tersebut berkeyakinan bahwa orang lain berhak atas diri
Allah, padahal Allah lah yang maha kuasa tidak ada seorang pun berhak atas diri
Allah 'azza wa jalla.
Tawasul
Syirik
Tawasul jenis ini tentu saja haram dan dapat membatalkan keislaman
seseorang dan menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Tawasul jenis ini yang
dilakukan oleh kaum musyrikin, mereka berdoa kepada selain Allah seperti batu,
pepohonan, jasad para nabi atau wali yang telah meninggal.
Allah
mengisahkan dalam Al – Qur'an :
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّـهِ زُلْفَىٰ
"Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya". [QS. Az Zumar : 3]
Dalam
ayat lain Allah menyebutkan :
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّـهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّـهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّـهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Dan
mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata:
"Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah".
Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak
diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan
Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)". [QS. Yunus : 18]
Kedua
ayat di atas menggambarkan kondisi kaum musyrikin di zaman Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menyembah selain Allah sebagai
perantara, mendekatkan mereka kepada Allah dan memberi syafaat bagi mereka.
Mereka tidak semata-mata meminta kepada sesembahan mereka, namun sesembahan
mereka hanyalah sebagai perantara dan pemberi syafaat. Kondisi ini sama persis
dengan yang dilakukan kaum musyrikin zaman kita. Mereka menganggap wali yang
sudah meninggal dapat menjadi perantara dan pemberi syafaat bagi mereka.
D. TUJUAN DAN HIKMAH
1. Bertawassul
adalah menerima kenyataan yang Sebenarnya dan, hal ini,
merupakan kewajiban bagi orang berakal dan, apalagi beragama. Yakni menerima kenyataan bahwa ada yang lebih
dekat kepada Ridha Allah dari pada kita.
2. Bertawassul
berartimengimani jalan kebenaran agama yang ditempuh
oleh yang ditawassuli dan, ini jelas keimanan pada Allah itu sendiri
dan ajaran serta agamaNya.
3.
Bertawassul berarti bertawadhu kepada Allah, karena kita disuruhNya untuk
menyintai wali-wali dan nabi-nabi yang ia cintai. Jadi, tawassul
yang berupa ketawadhuan kepada yang ditawassuli, Sebenarnya berakhir
pada kerendahan diri pada Allah itu sendiri.
4.
Bertawassul berarti menyintai yang dicintai Allah dan, hal ini, jelas
akan dapat memancing keridhaan dan AmpunanNya.
5. Bertawassul
berarti bertawadhu kepada Nabi saw dan Ahlulbait as. Dan ini kewajiban kita
sesama makhluk.
6.
Bertawassul, berarti mengikuti dan
menaati Nabi saw dan Allah itu sendiri, karena Allah dan Nabi Nya saw,
mengajarkan hal tsb. sampai-sampai nabi Adam.as pun diberikan nama-nama mereka
as dan bertawssul dengan mereka as. Dan karena itulah Tuhan jelas
memerintahkan kita untuk bertawassul ini, seperti dalam QS: 5:
35:
"Wahai orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan bertawssullah untuk menuju Nya (ridha dan ampunanNya)!!"
"Wahai orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan bertawssullah untuk menuju Nya (ridha dan ampunanNya)!!"
7. Bertawssul
berarti kita mengagumi para wali dan nabi as dan menyintai mereka dimana akan memberikan
efek meniru ketakwaan mereka yang bersumber dari kegaguman itu.
8.
Bertawassul, berarti tidak menganggap ruh para wali dan nabi as itu,
mati seperti anggapan
wahabi yang materialis tapi aneh dalam setiap
shalat mengucap Salam kepada Nabi saw dan kalau lewat dikuburan muslimin
mengucap Salam kepada ahlul kubur.
9.
Bertawassul berati, ingin selalu
dekat dengan yang ditawassuli itu. Hingga demikian, kita akan
tersedot ke alam makna dan tidak hanyut dengan dunia.
10. Bertawassul
berarti mengetahui sejarah yang ditawassuli dan karenanya akan
membuahkan keyakinan terhadap Islam yang kita warisi dari mereka.
11. Bertwassul,berarti tidak menyukai yang tidak disukai
oleh yang ditawassuli, baik
perbuatan maksiat atau musuh-musuh Tuhan dengan berbagai bajunya. Hal
inilah yang disbut dengan "Tawalli dan Tabarri", yakni
"Berwilayah dan Berlepas diri". Artinya berwilayah
kepada yang hak dan yang shiraatalmustaqim alias maksum dan
berlepas diri dari musuh- musus mereka.
E. TATA
CARA TAWASUL TQN
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اِلٰى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفٰى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَاَصْحَابِهٖ وَاَزْوَاجِهٖ وَذُرِّيّٰتِهٖ وَاَهْلِ
بَيْتِهٖ اَجْمَعِيْنَ .
Artinya: Yaa Allah semoga disampaikan bacaan fatihah ini kehadapan Nabi
Besar Muhammad Shollalloohu ‘Alaihi Wa sallam dan kepada
keluarganya, sahabat, istri, anak cucu dan ahli baitnya. Segala sesuatu hanya
milik Allah, untuk mereka (kami) hadiahkan, Al fatihah
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ أَبَاِئهٖ وَأُمَّهَاتِهِ وَاِخْوَانِهٖ مِنَ
الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَاِلٰى الْمَلَاِئكَةِ المُقَرَّبِيْنَ
وَالْكَرُوْبِيِّيْنَ وَالشُّهَدآءِ والصَّالِحِيْنَ وَاٰلِ كُلٍّ وَاَصْحَابِ
كُلٍّ وَاِلٰى رُوْحِ أَبِيْنَا أٰدَمَ وَأُمِّنَا حَوَاءَ وَمَا تَنَاسَلَ
بَيْنَهُمَا اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ . ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ
الْفَاتِحَةُ
Artinya: Semoga disampaikan kepada ruh dari ayah-ayahnya,
saudara-saudaranya dari para Nabi, Para Rasul dan malaikat muqorrobin dan
mereka yang mati syahid dan kepada para sholihin dan keluarganya dan para
sahabatnya dan kepada ruhnya bapak sekalian yakni Nabi Adam dan ibu kita
sekalian yakni Siti Hawa dan keturunan dari keduanya hingga hari kiamat. Segala
sesuatu hanya milik Allah, untuk mereka (kami) hadiahkan, Alfaatihah
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ سَادَاتِنَا وَمَوَالِيْنَا وَاَئِمَّتِنَا أَبِي
بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَاِلٰى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالْقَرَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ
اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ . ﺷَﻲْﺀٌ
لِلّٰهِ لَهُمُ
الْفَاتِحَةُ
Artinya: Semoga disampaikan kepada ruh-ruh para pembesar kita dan kepada
yang mengurus kita dan kepada para imam kita sekalian yakni Abu Bakar, Umar,
Utsman, dan Ali dan kepada semua sahabat dan kerabat, kepada taabi’iin yang
berbuat kebajikan hingga hari kiamat. Segala sesuatu hanya milik Allah, untuk
mereka (kami) hadiahkan, Alfaatihah
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ اَئِمَّةِ الْمُجْتَهِدِيْنَ وَمُقَلِّدِيْنَ فِي
الدِّيْنِ وَالْعُلَمَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَالْقُرَّآءِ الْـمُخْلِصِيْنَ وَاَهْلِ
التَّفْسِيْرِ وَالْـمُحَدِّثِيْنَ وَسَائِرِ السَّادَاتِ الصُّوفِيَّةِ
الْـمُحَقِّقِيْنَ وَاِلٰى أَرْوَاحِ كُلِّ وَلِيٍّ وَوَلِيَّةٍ وَمُسْلِمٍ
وَمُسْلِمَةٍ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ اِلٰى مَغَارِبِهَا وَمِنْ يَمِيْنِهَا
اِلٰى شِمَالِهَا . ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ أَهْلِ
السِّلْسِلَةِ الْقَادِرِيَّةِ النَّقْشَبَنْدِيَّةِ مَعْهَدِ سُرْيَالَيَا
وَجَمِيْعِ أَهْلِ الطُّرُقِ خُصُوْصًا اِلٰى حَضْرَةِ سُلْطَانِ الْأَوْلِيَاءِ
غَوْثِ الْأَعْظَمِ قُطْبِ الْعَالَمِيْنَ السَّيِّدِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ
الْجَيْلَانِي قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ أَبِي الْقَاسِمِ
جُنَيْدِ الْبَغْدَادِي وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ مَعْرُوْفِ الْكَرَخِي
وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ سِرِّ السَّقَطِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ حَسَنِ
الْبَصْرِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ جَعْفَرِ الصَّادِقِ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ
يُوْسُفُ الْهَمَدَانِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ أَبِي يَزِيْدِ الْبُسْطَامِيِّ
وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ سَاهْ بَهَاءُ الدِّيِنِ النَّقْشَبَنْدِيِّ وَحَضْرَةِ
إِمَامِ الرَّبَّانِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ أَحْمَدَ خَاطِبِ ابْنِ عَبْدِ
الْغَفَّارِ السَّمْبَاسِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ طَلْحَةَ كَالِي سَافُو
السِرْبَوْنِي وَحَضْرَةِ
الشَّيْخِ عَبْدِ اللّٰهِ مُبَارَكِ بْنِ نُوْرِ مُحَمَّدٍ وَشَيْخِنَا
الْمُكَرَّمِ الشَّيْخِ أَحْمَدَ صَاحِبُ الْوَفٰى تَاجِ الْعَارِفِيْنَ
وَأُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَاَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ وَالْأۤخِذِيْنَ عَنْهُمْ
. ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Artinya: Semoga (Rahmat Allah) disampaikan kepada Arwah guru-guru dalam
silsilah Thoriqot Qoodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesantren Suryalaya dan
kepada semua ahli thoriqot, khususnya kepada ruhnya wali penolong agung,
panutan alam, yakni Syaikh Abdul Qodir al Jailani Semoga Allah mensucikan
rahasia jiwanya, dan pimpinan golongan tasawwuf Abil Qosim Junaid al Baghdadi
dan Sayyid Syaikh Ma’ruf al Karkhi dan Sayyid Syaikh Sirri Assaqathi dan Sayyid
Syaikh Habib Al-Ajami dan Sayyid Syaikh Hasan al Basri dan Sayyid Syaikh Ja’far
Shodiq dan Sayyid Syaikh Yusuf al Hamdani dan Sayyid Syaikh Abi Yazid al
Bushtami dan Sayyid Syaikh Bahauddin Naqsyabandi dan Imam Robbani dan Sayyid
Syaikh Ahmad Khatib Sambas bin ‘Abdul Ghoffar dan Syaikh Tholhah Kalisapu
Cirebon dan kepada guru kita yang dimuliakan Syaikh Abdulloh Mubarok bin Nur
Muhammad dan kepada Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin , kepada anak
keturunannya dan ahli keluarga silsilah serta semua yang mengambil berkah dari
mereka. Segala sesuatu hanya milik Allah, untuk mereka (kami) hadiahkan,
Alfaatihah
ثُمَّ اِلٰى أَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا وَوَالِدِيْكُمْ وَمَشَايِخِنَا
وَمَشَايِخِكُمْ وَاَمْوَاتِنَا وَاَمْوَاتِكُمْ وَلِمَنْ أَحْسَنَ اِلَيْنَا
وَلِمَنْ لَهٗ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ أَوْصَانَا وَاسْتَوْصَانَا وَقَلَّدَنَا
عِنْدَكَ بِدُعَاءِ الـْخَيْرِ . ﺷَﻲْﺀٌ
لِلّٰهِ لَهُمُ
الْفَاتِحَةُ
Artinya: Semoga disampaikan kepada arwah ayah-ayah kami dan ayahmu
sekalian, dan bagi arwah guru-guru kami dan arwah guru-gurumu sekalian, dan
kepada mereka yang telah meninggal dunia dari pihakku dan dari pihakmu
sekalian, kepada mereka yang mempunyai haq terhadap kita sekalian. Kepada
mereka yang telah berwasiat kepada kita sekalian, kepada mereka yang meminta
wasiat dari kita sekalian, dan mengikuti kita di jalan ridho-Mu
dengan do’a kebaikan. Segala sesuatu hanya milik Allah, untuk mereka (kami)
hadiahkan, Alfaatihah
ثُمَّ اِلٰى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ مِنْ
مَشَارِقِ الْأَرْضِ اِلٰى مَغَارِبِهَا مِنْ يَمِيْنِهَا اِلٰى شِمَالِهَا وَمِنْ
قَافٍ اِلٰى قَافٍ مِنْ وَ لّدِ اٰدَمَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيَامَةِ . ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
Artinya: Semoga disampaikan kepada seluruh saudara-saudara kami, baik
mukminin maupun muslimah, dan muslim serta muslimah. Baik yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal dunia, mulai dari timur hingga barat dunia, dari
selatan hingga utara dunia, dan dari Gunung Qaf ke Gunung Qaf, mulai dari Adam
sampai hari kiamat. Segala sesuatu hanya milik Allah, untuk mereka (kami)
hadiahkan, Al fatihah
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ هُوَ اللّٰهُ
أَحَدٌ (١) اللّٰهُ الصَّمَدُ (٢) لَمْ
يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣)
وَلَمْ يَكُنْ لَهٗ
كُفُوًا أَحَدٌ (٤) (x 3)
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ
الْفَلَقِ (١) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (٢) وَمِنْ
شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (٣) وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِي الْعُقَدِ (٤) وَمِنْ
شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (٥)
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ
النَّاسِ (١) مَلِكِ النَّاسِ (٢) إِلٰهِ
النَّاسِ (٣) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ(٤) الَّذِي
يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (٥) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (٦)
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢) الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ (٣) مَالِكِ
يَوْمِ الدِّينِ (٤) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥) اِهدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ(٦) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضّٰآلِّينَ (٧)
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
الۤمۤ (١) ذٰلِكَ
الْكِتَـابُ لاَ رَيْبَۛ فِيهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ (٢) الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنفِقُونَ(٣) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا
أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ ((٤ أُوْلۤئِكَ
عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُولۤئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(٥)
وَإِلٰـهُكُمْ إِلٰهٌ
وَّاحِدٌ لَاۤ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ
اَللّٰهُ لَاۤ إِلٰـهَ
إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهٗ مَا فِي
السَّمٰوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهٗ إِلَّا
بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيْطُوْنَ
بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَلَا يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
إِنَّاۤ أَنزَلْنَاهُ
فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١) وَمَاۤ أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ
الْقَدْرِ (٢) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ(٣) تَنَزَّلُ
الْمَلٰئِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ
أَمْرٍ سَلٰـمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(٥)
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْـحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)
.
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
إِذَا جَاۤءَ نَصْرُ
اللّٰهِ وَالْفَتْحُ (١) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي
دِيْنِ اللّٰهِ أَفْوَاجًا (٢) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ
إِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا (٣)
إِنَّ اللّٰهَ
وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰۤـأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
اَللّٰهُمَّ صَلِّ
صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَاماً تَامًّا عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَـمَّدِنِ الَّذِيْ
تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ
الْحَوَائـِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الـْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى
الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ فِيْ كُلِّ لَـمْحَةٍ
وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُومٍ لَكَ (x 3)
اَلْفَاتِحَــةْ ...
A. PENGERTIAN ZIARAH KUBUR
Secara etimologi ziarah berasal dari kata ﺯَﺍﺭﻩُﻳَﺰُﻭﺭُﻩُﺯِﻳَﺎﺭَﺓً ﻭَﺯَﻭْﺭًﺍ yang
berarti ﻗَﺼَﺪَﻩُ, yaitu hendak
bepergian menuju suatu tempat (al Mishbahul Munir 4/119, lihat juga al Qamus al
Fiqhi 1/160). Berdasarkan hal ini makna dari berziarah kubur adalah ﻗَﺼَﺪﺍْﻟﻘُﺒُﻮْﺭَ ,
sengaja untuk bepergian ke kuburan. Sedangkan dalam terminologi syar’i, makna
ziarah kubur adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh al Qadli ‘Iyadl
rahimahullah, ﺯﻳﺎﺭﺓﺍﻟﻘﺒﻮﺭﻗﺼﺪﻫﺎﻟﻠﺘﺮﺣﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻭﺍﻹﻋﺘﺒﺎﺭ ﺑﻬﻢ“(Yang
dimaksud dengan ziarah kubur) adalah mengunjunginya dengan niat mendo’akan para
penghuni kubur serta mengambil pelajaran dari keadaan mereka” (al Mathla’‘alaa
Abwabil Fiqhi 1/119; Asy Syamilah).
Jadi,
Ziarah kubur
ialah berkunjung ke makam/pesarean orang Islam yang sudah wafat, baik orang
muslim biasa, orang shalih, ulama, wali atau Nabi.
Ulama
Ahlussunnah sepakat bahwa hukum ziarah kubur bagi kaum laki-laki itu hukumnya
sunat secara mutlak, baik yang diziarahi itu kuburnya
orang Islam biasa, kuburnya para wali, orang shalih atau kuburnya Nabi.
Sedangkan
hokum ziarah kubur bagi kaum perempuan
yang telah mendapat izin dari suaminya atau walinya, para ulama mantafsil
sebagai berikut :
a.
Jika ziarahnya tidak menimbulkan hal yang terlarang dan yang diziarahi itu
kuburnya Nabi, wali, ulama dan orang shalih, maka hukumnya sunat;
b. Jika
ziarahnya tidak menimbulkan hal yang terlarang dan yang diziarahi itu kuburnya
orang biasa, maka sebagian ulama mengatakan boleh, sebagian lagi mengatakan
makruh.
c.
Jika ziarahnya menimbulkan hal yang terlarang, maka hukumnya haram.
B. DALIL DAN DASAR HUKUM ZIARAH
KUBUR
1.
Hadits Nabi SAW.
كنت
نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزورها فإنها ترق القلب وتدمع العين وتذكر الآخرة، ولا
تقولوا هجرا
.[رواه
الحاكم]
Artinya
:
“Aku (Nabi) dulu melarang kamu
ziarah kubur, maka sekarang berziarahkuburlah kamu, karena ziarah kubur itu
bisa melunakkan hati, bisa menjadikan air mata bercucuran dan mengingatkan
adanya alam akhirat, dan janganlah kamu berkata buruk”. (HR. Hakim)
عن عائشة رضي الله عنها قالت : كان
النبي صلى الله عليه وسلم كلما كانت ليلتها يخرج من آخر الليل إلى البقيع فيقول :
السلام عليكم دار قوم مؤمنين وأتاكم ما توعدون غدا مؤجلون وإنا إن شاء الله بكم
لاحقون، اللهم اغفر لأهل بقيع الغقد. [رواه مسلم]
Artinya
:
“Dari A’isyah ra.
ia berkata : “adalah Nabi SAW. ketika sampai giliran beliau padanya (A’isyah)
beliau keluar pada akhir malam hari itu ke kuburan Baqi’ seraya berkata :
“Assalamu’alaikum hai tempat bersemayam kaum mukminin. Akan datang kepada kamu
janji Tuhan yang ditangguhkan itu besok, dan kami Insya Allah akan menyusul
kamu. Hai Tuhan ampunilah ahli Baqi’ al-Gharqad”. (HR. Muslim)
2.
Fatwa Syaikh Amin al-Kurdi dalam kitabnya Tanwirul Qulub :
تسن زيارة قبور المسلمين للرجال لأجل
تذكر الموت والآخرة وإصلاح فساد القلب ونفع الميت بما يتلى عنده من القرآن لخبر
مسلم : كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزورها. ولقوله عليه الصلاة والسلام : اطلع في
القبور واعتبر في النشور. رواه البيهقي خصوصا قبور الأنبياء والأولياء وأهل
الصلاح. وتكره من النساء لجزعنهن وقلة صبرهن، ومحل الكراهة إن لم يشتمل اجتماعهن
على محرم وإلا حرم، ويندب لهن زيارة قبره صلى الله عليه وسلم وكذا سائر الأنبياء
والعلماء والأولياء. اهـ [تنوير القلوب : 216]
Artinya
:
“Disunatkan bagi
kaum laki-laki berziarah kuburnya orang-orang Islam untuk mengingat datangnya
kematian dan adanya alam akhirat, serta memperbaiki hati yang buruk dan memberi
manfaat kepada mayit dengan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an di tempat yang dekat
dengannya, karena ada hadits riwayat Muslim yang artinya : “Aku (Nabi) dulu
melarang kamu berziarahkubur, maka sekarang berziarahkuburlah kamu”. Dan juga
sabda Nabi yang artinya : “Berziarahlah kubur kamu dan ambillah tauladan
tentang adanya hari kebangkitan”. (HR. Muslism). Khususnya kuburan para Nabi,
para wali dan orang-orang shalih. Sedangkan bagi kamu wanita ziarah kubur
hukumnya makruh, karena mereka mudah meratap dan sedikit yang sabar. Makruh
bagi wanita tersebut apabila ziarah mereka itu tidak mengandung hal-hal yang
diharamkan, kalau mengandung hal-hal yang diharamkan, maka ziarah mereka
hukumnya haram. Bagi wanita berziarah kubur ke makam Nabi Muhammad SAW. dan
juga nabi-nabi yang lain demikian pula makam para ulama dan para wali hukumnya
sunat”.
3.
Fatwa Syaikh Ali Ma’shum dalam kitabnya “Hujjatu Ahlissunnah” bab ziarah kubur
:
واختلف في زيارة النساء للقبور، فقال
جماعة من أهل العلم بكراهيتها كراهة تحريم أو تنزيه لحديث أبي هريرة أن رسول الله
صلى الله عليه وسلم لعن زوارات القبور. رواه أحمد وابن ماجه والترمذي. وذهب
الأكثرون إلى الجواز إذا أمنت الفتنة، واستدلوا بما رواه مسلم عن عائشة قالت : كيف
أقول يا رسول الله إذا زرت القبور؟ قولي : السلام عليكم أهل ديار المسلمين. اهـ
[حجة أهل السنة للشيخ على معصوم : 58]
Artinya:
"Para ulama
berselisih pendapat mengenai kaum wanita berziarah kubur, Segolongan ulama
mengatakan makruh tahrim atau tanzih, karena ada Hadits riwayat Abu Hurairah
bahwa Rusulullah SAW. mengutuk wanita-wanita yang berziarah kubur. (HR. Ibun
Majah dan Tirmidzi). Sementara mayoritas ulama mengatakan boleh, apabila
terjamin keamanannya dari fitnah, Dalilnya yaitu hadits riwayat Muslim dari
Siti A’isyah ra dia berkata : apa yang saya baca ketika ziarah kubur, hai
rasul? Rasul bersabda : bacalah Assalamu’alaikum Ahla Diyaril Muslimin”.
C. MACAM-MACAM ZIARAH KUBUR
Ketahuilah bahwasannya
ziarah kubur itu terbagi menjadi tiga macam. Di bawah ini akan dijelaskan
macam-macamnya, dan kita dapat mengambil kesimpulan setelah itu. Macam-macamnya
adalah sebagai berikut.
1. Ziarah
syar’iyyah
Yaitu ziarah yang telah
disyari’atkan oleh Islam dan harus terpenuhi padanya tiga syarat.
a. Tidak
sungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan kepadanya
Dalilnya
adalah hadits dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
Rasulullah SAW. bersabda (yang artinya), "Janganlah kalian
bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan kecuali kepada tiga
masjid (yaitu): masjidku ini (Masjid Nabawi), Masjidil Haram, dan Masjidil
Aqsha." (HR. Al-Bukhariy no.1139 dan Muslim dalam kitab Al-Hajj 2:976
no. khusus 415 dan ini lafazdnya, dan diriwayatkan pula oleh Al-Bukhariy
no.1132 dan Muslim no.1397 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafazh penafian).
Kita
disyari’atkan bersungguh-sungguh dan menyengaja untuk mengadakan perjalanan ke
tiga masjid ini karena adanya keutamaan di sana yaitu dilipatkan pahala shalat
di tiga masjid tersebut. Seperti shalat di Masjidil Haram maka pahalanya sama
dengan 100.000 kali shalat di masjid yang lain selain Masjid Nabawi dan
Masjidil Aqsha. Adapun bersungguh-sungguh (menyengaja) mengadakan perjalanan ke
selain tiga masjid ini dalam rangka mencari berkah dan keutamaan seperti ke
kuburan, maka ini adalah perbuatan bid’ah.
b.
Tidak boleh mengatakan perkataan yang keji
Dalilnya
adalah hadits dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah SAW.
bersabda (yang artinya), "(Dulu) Aku pernah melarang kalian
berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah kalian." (HR. Muslim
no.977). Diriwayatkan juga oleh An-Nasa’iy dengan sanad shahih dalam kitab
Al-Janaa’iz bab (100) 4:89. http://ikhwanmuslim.com,diakses 7-1-2011)
dengan lafazh, "… (Dulu) Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka
(sekarang) barangsiapa yang ingin berziarah maka berziarahlah dan jangan
mengatakan perkataan yang keji."
Maka hal
seperti ini, demi Allah benar-benar kekejian dan kebathilan yang paling
puncaknya, akan tetapi perkaranya adalah sebagaimana yang Allah firmankan (yang
artinya), "Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." Ayat ini
terdapat dalam 11 tempat di dalam Al-Qur`an yaitu, Al-A’raaf:187, Yuusuf:21,
40, 68, An-Nahl:38, Ar-Ruum:6, 30, Saba’:28, 36, Al-Mu`min:57, dan
Al-Jaatsiyah:26.
Dan sungguh
benar Allah ketika berfirman (yang artinya),"Dan sebahagian besar dari
mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan
Allah (dengan sembahan-sembahan lain)." [Yuusuf:106]
c.
Tidak boleh mengkhususkan dengan waktu tertentu karena tidak ada dalil yang
mengkhususkan
Seperti
mengkhususkan hari jum’at, hari raya ataupun hari-hari lainnya, karena tidak
ada dalil yang menerangkan hal ini. Bahkan kita dianjurkan ziarah kubur kapan
saja tanpa pengkhususan pada hari-hari tertntu.
2.
Ziarah bid’iyyah
Ziarah bid’iyyahadalah
tata cara ziarah kubur yang menyelisihi tuntunan Nabi SAW. karena mengandung
berbagai pelanggaran yang dapat mengurangi kesempurnaan tauhid dan dapat
menghantarkan pada kesyirikan. Diantaranya adalah berziarah ke kubur dengan
tujuan beribadah kepada Allah di sisi kubur, atau bertujuan untuk mendapatkan
berkah (tabarruk/ngalap berkah).
Tidak
terdapat dalil shahih yang menyatakan keutamaan beribadah di samping kubur
bahkan terdapat dalil shahih yang secara tegas melarang peribadatan di
kuburan.
Abul ‘Abbas
al Harrani rahimahullah mengatakan, “yang dimaksud dengan tata cara ziarah bid’iyyahadalah
seperti bersengaja untuk shalat atau berdo’a di samping kubur para nabi atau
orang shalih, menjadikan penghuni kubur tersebut sebagai perantara dalam doa,
meminta kepada penghuni kubur untuk menunaikan hajatnya, meminta pertolongan
padanya, atau bersumpah kepada Allah dengan perantaraan penghuni kubur atau
yang semisalnya. Semua hal tersebut merupakan bid’ah yang tidak pernah
dilakukan seorang sahabat, tabi’in dan tidak juga dituntunkan oleh rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak pula dicontohkan oleh Khulafur Rasyidin,
bahkan para imam kaum muslimin yang masyhur melarang seluruh hal tersebut.”
(Majmu’ul Fataawa 24:334-335. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011)
An-Nawawi
rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang terbersit di benaknya bahwa mengusap
tangan (di kubur nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau semisalnya) lebih
mampu untuk mendatangkan berkah, maka hal tersebut berasal dari kebodohan dan
kelalaiannya karena berkah hanya dapat diperoleh dengan amal yang sesuai dengan
syari’at. Bagaimana bisa karunia Alloh diperoleh dengan melakukan amal yang
menyelisihi kebenaran.” (Al Majmu’ 8:275. http://ikhwanmuslim.com, diakses 7-1-2011 ).
Abu Hamid al-Ghazali rahimahullah menyatakan tabarruk terhadap kubur merupakan
ciri kaum Yahudi dan Nasrani,
فإن المس والتقبيل للمشاهد عادة النصارى واليهود
Artinya
“Sesungguhnya mengusap dan mencium
kubur (untuk mendapatkan berkah) merupakan kebiasaan kaum Nasrani dan Yahudi.”
(Ihya’ ‘Ulumuddin juz 1:254. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011).
3.
Ziarah syirkiyyah
Ziarah yang
mengandung penentangan terhadap tauhid dan dapat menghilangkan keimanan.
Diantaranya berziarah kubur dengan tujuan meminta bantuan dan pertolongan pada
penghuni kubur, menyembelih kurban untuk penghuni kubur (baca: sesajen).
Hal tersebut merupakan bentuk beribadah kepada selain Allah dan apabila pelaku
sebelumnya adalah orang Islam, maka dia telah murtad ( keluar dari
Islam).
Imam
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Adapun menyembelih untuk selain Allah, maka
maksudnya adalah menyembelih dengan menyebut nama selain Allah SWT. Seperti
orang yang menyembelih untuk berhala, salib, Musa, Isa alaihimassalam, atau
untuk Ka’bah dan semisalnya. Seluruh perbuatan ini haram, daging sembelihannya
haram dimakan, baik si penyembelih seorang Muslim, Nasrani ataupun Yahudi.
Demikian yang ditegaskan imam Asy Syafi’i dan disetujui oleh rekan-rekan kami.
Apabila si penyembelih melakukannya dengan diiringi pengagungan terhadap objek
tujuan penyembelihan, yaitu makhluk selain Allah dan dalam rangka beribadah
kepadanya, maka hal ini merupakan kekafiran. Apabila pelaku sebelumnya adalah
seorang muslim, maka dengan perbuatan tersebut dia telah murtad” (al Minhaj
Syarh Shahih Muslim 13:141. http://ikhwanmuslim.com,
diakses 7-1-2011).
D. TUJUAN DAN HIKMAH ZIARAH
1. Mengingatkan kita akan kematian.
Kita sadar bahwa kitapun akan mati, hanya
tinggal menunggu waktunya.seperti orang yang kita ziarahi itu sebagaimana
hadits Rasulullah SAW:
قَالَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ (رواه
الترمذى)
Artinya :
”Rasulullah SAW
bersabda,”Perbanyaklah mengingat akan hal yang membinasakan kelezatan (yaitu
kematian)”. (HR.Turmudzi)
2. Mernpertebal keimanan terhadap adanya alam akhirat, sehingga
orang itu meningkat ketaqwaannya kepada Allah SWT.;
3. Memperbaiki hati yang buruk/mental yang rusak, sehingga pada
akhirnya nanti orang itu sadar akan perlunya mempererat hablum minallah dan
hablum minannas.
4. Memberi manfaat kepada mayit secara khusus dan ahli kubur
secara umum berupa pahala dari bacaan Al-Qur’an, kalimah Thoyyibah, Istighfar,
shalawat Nabi dan lain-lain.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa ziarah kubur itu bukan sebuah larangan, tetapi sebuah perbuatan yang
dianjurkan oleh agama.
E. TATA CARA ZIARAH
TQN
Jika berziarah kubur sebaiknya kita ada wudhu yang sempurna dan selalu hidupkan dzikir khofi dalam diri, jangan lupa ucapkan salam ketika akan memasuki makam sebagai berikut:
السلامعلیکم اھل الدیارمن المءمنین
والمسلمین واناان شاءاللہ بکم لاحقون نسأل اللہ لناولکم العافیہ
Artinya:
”Selamat sejahtera atas kamu penduduk daerah kaum mu’minin dan muslimin,dan
bila Allah menghendaki kami akan menyusulmu,kami mohon kepada Allah untuk kami
dan kamu agar sejahtera.”
{HR.Muslim dr Buroidah r.a.}:
Dan berziarah ke makam para waliyulloh sampaikan salam
dengan lafaz berikut :
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ يَا وَلِيَّ
اللّٰهِ تَحِيَّةً مِنِّي إِلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Artinya : Salam bagimu Wahai Kekasih
Alloh, hormat dariku (bila sendiri) / dari kami (jika bersama-sama)
dengan Rahmat Alloh dan Berkah-Nya.
Perlu diperhatikan adab yang baik ketika memasuki makam, masuklah dengan kaki kanan penuh dengan rasa hormat/tawadhu, rasa cinta kepada para waliyulloh yang kita ziarahi. Dan tetaplah ketauhidan kita tidak luntur bahwa segala sesuatu akan dikabulkan dan terjadi hanyalah atas Kehendak Allah Subhana wa'ala....
Berikut ini bacaan ziarah kubur/khaull/tahlilan yang dicontohkan oleh Guru Mursyid TQN PP.Suryalaya Sayyidi Syaikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin Ra.:
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اِلٰى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفٰى
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَاَصْحَابِهٖ
وَاَزْوَاجِهٖ وَذُرِّيّٰتِهٖ وَاَهْلِ بَيْتِهٖ اَجْمَعِيْنَ .
ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ
الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ أَبَاِئهٖ
وَأُمَّهَاتِهِ وَاِخْوَانِهٖ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَاِلٰى
الْمَلَاِئكَةِ المُقَرَّبِيْنَ وَالْكَرُوْبِيِّيْنَ وَالشُّهَدآءِ
والصَّالِحِيْنَ وَاٰلِ كُلٍّ وَاَصْحَابِ كُلٍّ وَاِلٰى رُوْحِ أَبِيْنَا أٰدَمَ
وَأُمِّنَا حَوَاءَ وَمَا تَنَاسَلَ بَيْنَهُمَا اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ . ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ سَادَاتِنَا
وَمَوَالِيْنَا وَاَئِمَّتِنَا أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ
وَاِلٰى بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالْقَرَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ
التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ . ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ اَئِمَّةِ
الْمُجْتَهِدِيْنَ وَمُقَلِّدِيْنَ فِي الدِّيْنِ وَالْعُلَمَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَالْقُرَّآءِ
الْـمُخْلِصِيْنَ وَاَهْلِ التَّفْسِيْرِ وَالْـمُحَدِّثِيْنَ وَسَائِرِ
السَّادَاتِ الصُّوفِيَّةِ الْـمُحَقِّقِيْنَ وَاِلٰى أَرْوَاحِ كُلِّ وَلِيٍّ
وَوَلِيَّةٍ وَمُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ اِلٰى مَغَارِبِهَا
وَمِنْ يَمِيْنِهَا اِلٰى شِمَالِهَا . ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ أَهْلِ السِّلْسِلَةِ الْقَادِرِيَّةِ النَّقْشَبَنْدِيَّةِ مَعْهَدِ
سُرْيَالَيَا وَجَمِيْعِ أَهْلِ الطُّرُقِ خُصُوْصًا اِلٰى حَضْرَةِ سُلْطَانِ
الْأَوْلِيَاءِ غَوْثِ الْأَعْظَمِ قُطْبِ الْعَالَمِيْنَ السَّيِّدِ الشَّيْخِ
عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِي قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ
أَبِي الْقَاسِمِ جُنَيْدِ الْبَغْدَادِي وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ مَعْرُوْفِ
الْكَرَخِي وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ سِرِّ السَّقَطِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ
حَسَنِ الْبَصْرِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ جَعْفَرِ الصَّادِقِ وَالسَّيِّدِ
الشَّيْخِ يُوْسُفُ الْهَمَدَانِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ أَبِي يَزِيْدِ
الْبُسْطَامِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ سَاهْ بَهَاءُ الدِّيِنِ
النَّقْشَبَنْدِيِّ وَحَضْرَةِ إِمَامِ الرَّبَّانِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ
أَحْمَدَ خَاطِبِ ابْنِ عَبْدِ الْغَفَّارِ السَّمْبَاسِيِّ وَالسَّيِّدِ
الشَّيْخِ طَلْحَةَ كَالِي سَافُو السِرْبَوْنِي وَحَضْرَةِ الشَّيْخِ عَبْدِ اللّٰهِ مُبَارَكِ بْنِ نُوْرِ مُحَمَّدٍ
وَشَيْخِنَا الْمُكَرَّمِ الشَّيْخِ أَحْمَدَ صَاحِبُ الْوَفٰى تَاجِ
الْعَارِفِيْنَ وَأُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَاَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ
وَالْأۤخِذِيْنَ عَنْهُمْ . ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ
الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ اِلٰى أَرْوَاحِ وَالِدِيْنَا
وَوَالِدِيْكُمْ وَمَشَايِخِنَا وَمَشَايِخِكُمْ وَاَمْوَاتِنَا وَاَمْوَاتِكُمْ
وَلِمَنْ أَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِمَنْ لَهٗ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ أَوْصَانَا
وَاسْتَوْصَانَا وَقَلَّدَنَا عِنْدَكَ بِدُعَاءِ الـْخَيْرِ . ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ اِلٰى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ اِلٰى مَغَارِبِهَا مِنْ يَمِيْنِهَا
اِلٰى شِمَالِهَا وَمِنْ قَافٍ اِلٰى قَافٍ مِنْ وَ لّدِ اٰدَمَ اِلٰى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ . ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ
الْفَاتِحَةُ
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ هُوَ اللّٰهُ أَحَدٌ (١) اللّٰهُ الصَّمَدُ (٢) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ
يُولَدْ (٣)
وَلَمْ يَكُنْ لَهٗ كُفُوًا أَحَدٌ (٤) (x 3)
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ
أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (١) مِنْ
شَرِّ مَا خَلَقَ (٢) وَمِنْ
شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (٣) وَمِنْ
شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِي الْعُقَدِ (٤) وَمِنْ
شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (٥)
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ
النَّاسِ (١) مَلِكِ
النَّاسِ (٢) إِلٰهِ
النَّاسِ (٣) مِنْ
شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ((٤ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (٥) مِنَ
الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (٦)
لَااِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ
أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (١)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ (٢) الرَّحْمٰنِ
الرَّحِيمِ (٣) مَالِكِ
يَوْمِ الدِّينِ ((٤ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥) اِهدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ(٦) صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ
الضّٰآلِّينَ (٧)
.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
الۤمۤ (١) ذٰلِكَ
الْكِتَـابُ لاَ رَيْبَۛ فِيهِۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ (٢) الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنفِقُونَ(٣) وَالَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ
هُمْ يُوقِنُونَ ((٤ أُوْلۤئِكَ عَلَى هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُولۤئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ(٥)
وَإِلٰـهُكُمْ إِلٰهٌ وَّاحِدٌ لَاۤ
إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ
اَللّٰهُ لَاۤ إِلٰـهَ إِلَّا هُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهٗ مَا فِي
السَّمٰوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهٗ إِلَّا
بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيْطُوْنَ
بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَلَا يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
أَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْغَفُوْرَ
الرَّحِيْمَ (x 3)
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَسَلِّمْ (x 3)
إِلٰهِي أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِي
أَعْطِنِي مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ (x 3)
Kemudian dilanjutkan dengan Zikir
sekurang-kurangnya 165x. Lebih banyak lebih baik dan Zikir diakhiri pada
hitungan bilangan ganjil.
Adapun penutup Zikir adalah dengan
membaca :
سَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللّٰهِ
صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kemudian berdoa dengan doa berikut ini :
بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ
جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَالْأٰفَاتِ وَتَقْضِي لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ
وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّأٰتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ
أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ
الْـخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ، إِنَّ الَّذِينَ
يُبَايِعُوْنَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللّٰهَ يَدُ اللّٰهِ فَوْقَ أَيْدِيْهِمْ
فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلٰى نَفْسِهٖ وَمَنْ اَوْفٰى بِمَا عَاهَد
عَلَيْهُ اللّٰهُ فَسَيُؤْتِيْهِ أَجْرًا عَظِيْمًا .
Do’a ini dapat ditambah dengan do’a-do’a lainnya yang dikehendaki.
{ Kemudian dilanjutkan dengan Zikir
berikut ini }
اِلٰى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفٰى
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَاَصْحَابِهٖ
وَاَزْوَاجِهٖ وَذُرِّيّٰتِهٖ وَاَهْلِ بَيْتِهٖ اَجْمَعِيْنَ. ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ اِلٰى اَرْوَاحِ أَهْلِ السِّلْسِلَةِ الْقَادِرِيَّةِ النَّقْشَبَنْدِيَّةِ مَعْهَدِ
سُرْيَالَيَا وَجَمِيْعِ أَهْلِ الطُّرُقِ خُصُوْصًا اِلٰى حَضْرَةِ سُلْطَانِ
الْأَوْلِيَاءِ غَوْثِ الْأَعْظَمِ قُطْبِ الْعَالَمِيْنَ السَّيِّدِ الشَّيْخِ
عَبْدِ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِي قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ
أبِي الْقَاسِمِ جُنَيْدِ الْبَغْدَادِي وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ أَحْمَدَ خَاطِبِ
ابْنِ عَبْدِ الْغَفَّارِ السَّمْبَاسِيِّ وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ طَلْحَةَ كَالِي
سَافُو السِرْبَوْنِي وَالسَّيِّدِ الشَّيْخِ عَبْدِ اللّٰهِ مُبَارَكِ بْنِ
نُوْرِ مُحَمَّدٍ وَشَيْخِنَا الْمُكَرَّمِ الشَّيْخِ أَحْمَدَ صَاحِبِ الْوَفٰى
تَاجِ الْعَارِفِيْنَ وَأُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَاَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ
وَالْأۤخِذِيْنَ عَنْهُمْ ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ
الْفَاتِحَةُ
ثُمَّ اِلٰى أَرْوَاحِ أٰبَائِنَا
وَأُمَّهَاتِنَا وَلِكَافَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ ﺷَﻲْﺀٌ لِلّٰهِ لَهُمُ الْفَاتِحَةُ
اَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ رَبِّي مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ (x 3)
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى أٰلِ اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا
اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى أٰلِ اِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ
Kemudian membaca :
إِلٰهِي أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ
مَطْلُوْبِي أَعْطِنِي مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ
Selanjutnya TAWAJJUH dengan cara :
Kepala ditundukkan ke sebelah kiri
Kedua mata terpejam;
Kepala ditundukkan ke sebelah kiri
Kedua mata terpejam;
Bibir dirapatkan;
Lidah dilipatkan ke langit-langit;
Gigi dirapatkan tidak bergerak;
Menahan nafas sekuatnya;
Hati tanpa berhenti ber- ZIKIR KHOFI sekuatnya.
Kemudian dilanjutkan dengan sholawat bani hasyim (3 X)
Lidah dilipatkan ke langit-langit;
Gigi dirapatkan tidak bergerak;
Menahan nafas sekuatnya;
Hati tanpa berhenti ber- ZIKIR KHOFI sekuatnya.
Kemudian dilanjutkan dengan sholawat bani hasyim (3 X)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar